Kamis, 30 Januari 2014

Gunung Arjuna

Arjuno via tretes (tompul)
Gunung Arjuno (atau Gunung Arjuna, dalam nama kuna) terletak di Malang, Jawa Timur, bertipe Strato dengan ketinggian 3.339 m dpl dan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soeryo. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu. Nama Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan Mahabharata, Arjuna.
Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak Gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang. Selain dari dua tempat di atas Gunung Arjuno dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu, Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Di samping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun Kakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuno. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.
Lembah kidang
Gunung Arjuno mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari Sumberawan, Singosari. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian. Bisa juga melewati Purwosari yang lebih gampang dilewati, karena hanya setengah jam dari jalan raya dan langsung sampai di Tambakwatu,
Jika kita mulai start dari tretes atau lebih dikenal pos tompul kita akan melewati Pet Bocor kira kira 30mnt dari tompul,biasanya para pendaki berhenti sejenak untuk ambil air dan beristirahat  karna trekingny cukup menguras tenaga,
hartop pengangkut belerang
kita lanjutkan lagi menujuh kokopan jarak tempunya sekitar 3jam kalau normal, klau kita si biasanya 4-5 jam maklum kita bukan pendaki hahaha ,
lanjut lagi ke pondokan jarak tempuh sekitar 4jam ,pondokan merupakan pos persimpangan untuk pendakian Arjuna atau Welilang
Kokopan puncak arjuna butuh waktu 3-4 jam tergantung fisik masing-masing,para pendaki akan melewati lembah kidang (bahasa jawa),lembah dengan padang rumput yang luas konon dulu masih banyak rusa liar disana lanjutkn pejalanan 2jam kemudian sampailah puncak arjuna puncak berbatu
banyak yang cedera kaki waktu perjalanan pulang karna  jalur dari pondokan ke tompul jalan makadam / berbatu ,maklum merupakan jalur mobil hartop pengambil belerang .

More info : 082145672699 || 081802243899
JTwisata

Gunung merapi

Puncak merapi behiaskan badai
Taman Nasional Gunung Merapi
adalah sebuah taman nasional (sering disingkat TN) yang terletak di Jawa bagian tengah. Secara administrasi kepemerintahan, wilayah taman nasional ini masuk ke dalam wilayah dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Penunjukan kawasan TN Gunung Merapi dilakukan dengan SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004. Tujuan pengelolaannya adalah perlindungan bagi sumber-sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Sementara ini, sebelum terbentuknya balai pengelola taman nasional, TN G Merapi berada di bawah pengelolaan Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Yogyakarta

Coban pelangi

 Coban Pelangi




Coban Pelangi adalah tempat wisata alam air terjun (coban) yang berada di wilayah kecamatan Poncokusumo yakni sekitar 23 KM dari pusat kota Malang ke arah timur. Jalur menuju Coban Pelangi ini juga menuju jalur ke Gunung Bromo di ketinggian 1200-1400 meter diatas permukaan laut (mdpl). Jalur ini khusus untuk wisatawan yang menggunakan kendaraan sepeda motor ataupun jalan kaki, sedangkan yang menggunakan kendaraan roda empat hanya bisa menikmati keindahan alam air terjun (coban) Pelangi,jarak tempuh dari loket menuju air terjun cukup jauh namun rasa lelah itu tergantikan dengan keindahan Coban pelangi

More info : 082245666499 | 085648502437 
Pin: 54C30A45
Www.JTwisata.com

Rabu, 29 Januari 2014

Balekambang


Pantai Balekambang, adalah salah satu obyek wisata pantai yang bisa di kunjuni di Malang. Pantai ini terletak di kecamatan Bantur, 65 Km sebelah selatan kota Malang. Pantai Balekambang terbentang dengan sangat indah dimana terdapat karang laut sepanjang 2 km dan memiliki lebar 200 meter ke arah laut.

Terdapat 3 pulau yang terdekat dengan dengan pantai ini, yaitu Pulau Ismoyo, Pulau Anoman dan Pulau Wisanggeni. Tepat di atas pulau Ismoyo, terdapat sebuah Pura megah yang bernama Pura Luhur Amertha Jati, dan sebuah jembatan yang menghubungkannya melalui pantai utama Balekambang.



Untuk mencapai pantai Balekambang, bisa melalui kecamatan Gondanglegi dan kecamatan Bantur, dilanjutkan ke desa Srigono atau melalui kecamatan Kepanjen, yang semua bisa diakses menggunakan kendaraan pribadi, baik motor ataupun mobil.
Pada bulan Suro, pantai Balekambang akan lebih ramai dari biasanya karena akan digelar upacara Surohan dan upacara Jalanidha Puja.

Jumat, 24 Januari 2014

PULAU SEMPU MALANG

Pulau Sempu Pulau Kecil Dengan Dengan berjuta Keindahanya

Pulau Sempu, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat ini Sempu merupakan kawasan cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam pulau ini nyaris tidak ditemukan mata air payau.
Secara geografis, Pulau Sempu terletak di antara 112° 40′ 45″ - 112° 42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau itu memiliki luas sekitar 877 hektar, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di sisi selatan, Timur dan Barat.
Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendang Biru, dan penyeberangan menggunakan perahu nelayan, serta mendapat perijinan.
Pulau Sempu berada di Selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang. Pulau ini tidak dihuni oleh manusia, tapi dihuni oleh pohon-pohon mangrove atau bakau. Untuk mencapai pulau ini, dari Jakarta kita bisa berangkat dengan kereta atau pesawat jurusan Malang. Dari Malang kita dapat naik Isuzu Elf dengan ongkos Rp. 25.000 menuju pantai Sendang Biru dengan lama perjalanan sekitar 2, 5 jam.

Sesampainya di Sendang Biru, lalu kita menyeberang ke Pulau Sempu dengan biaya Rp. 100.000. Tapi, jangan sampai telat, karena penyeberangan terakhir dilakukan pukul 16.30 waktu setempat dan kita harus meminta izin masuk ke Pulau Sempu. Karena pulau tersebut merupakan cagar alam yang dilindungi pemerintah. Pulau Sempu memiliki sebuah telaga yang berasal dari pasang surut air laut bernama Segara Anakan.


Dengan kedalaman sekitar 5 meter, Segara Anakan terlihat seperti kolam renang raksasa. Warnanya yang bening kebiruan, membuat pengunjung pengin menceburkan diri dan berenang di sana. Setelah puas berenang, kita bisa keluar dari telaga dan duduk-duduk sambil menikmati pasir putih di bibir pantai Pulau Sempu. Kalau beruntung, kita juga bisa melihat lumba-lumba yang sedang melintasi Samudera Hindia. Seru banget, kan?

Kalau soal penginapan, kita nggak perlu khawatir. Ada dua tempat alternatif untuk menginap. Kita bisa kembali menyeberang ke Sendang Biru dan menyewa penginapan di rumah penduduk dengah harga Rp.100.000.

Kawah Ijen

Gunung Ijen Mampu Tarik Jutaan Turis Asing Setiap Tahunya


Gunung Ijen atau lebih di kenal dengan Kawah Ijen, adalah salah satu gunung yang masih aktif sampai sekarang. Memiliki ketinggian 2.443 m dari atas permukaan laut, berdinding kaldera setinggi 300-500 m dan telah 4 kali meletus di tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936.
Ijen merupakan satu komplek gunung berapi yang terdiri dari kawah gunung Ijen dan dataran tingginya. Kawasan ini terletak di tiga kabupaten yaitu Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi.
Di kawasan gunung berapi ini terdapat pertambangan belerang, dimana mengindikasikan gunung ini masih aktif dan beraktifitas. Saat berada di kawasan kawah Ijen, pengunjung bisa menyaksikan para penambang yang sibuk membawa tumpukan belerang di punggung mereka, menyusuri jalan yang curam dan dipenuhi oleh gas beracun yang berbahaya.
Kawah Ijen merupakan pusat danau kawah terbesar di dunia, yang bisa memproduksi 36 juta meter kubik belerang dan hidrogen klorida dengan luas sekitar 5.466 hektar.. Kawah yang berbahaya ini memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan danau belerang berwarna hijau toska dengan sentuhan dramatis dan elok. Danau Ijen memiliki derajat keasaman nol dan memiliki kedalaman 200 meter. Keasamannya yang sangat kuat dapat melarutkan pakaian dan jari manusia.
Bagi mereka yang suka akan petualangan, untuk mencapai Gunung Ijen bisa di akses dari dua arah yaitu, dari utara dan dari selatan. Dari utara, bisa di tempuh melalui Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari dan dilajutkan ke Paltuding. Jaral Situbondo ke Paltuding sekitar 93 Km dan dapat ditemput sekitar 2,5 jam.
Dari arah selatan, bisa dilalui dari Banyuwangi menuju Licin yang berjarak 15 Km. Dari Licin menuju Paltuding berjarak 18 Km dan diteruskan menggunakan Jeep atau mobil berat lainnya sekitar 6 Km sebelum ke Paltuding. Ini dikarenakan jalan yang berkelok dan menanjak.
More info : 082245666499 | 085648502437 
Pin: 54C30A45
JTwisata

Pulau Tabuhan Banyuwangi

Pulau Tabuhan - Banyuwangi


Pulau Tabuhan terletak 20 Km dari pusat kota Banyuwangi, persis di tengah selat Bali yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Tepat berada di desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, pulau ini memiliki luas sekitar 5 hektar.
Kebun laut yang eksotis, terumbu karang yang memukau dan dihuni oleh ribuan spesies ikan, bunga karang, udang karang dan berbagai tumbuhan laut adalah menu utama yang di sajikan oleh keindahan Pulau Tabuhan. Ditambah lagi, dengan kejernihan airnya, Pulau Tabuhan sangat cocok untuk mereka yang gemar agak kegiatan maritim seperti scuba diving.
Selain para satwa laut dan biota laut, berbagai jenis satwa darat pun bisa hidup dengan nyaman di pulau ini. Seperti contoh, burung Maleo yang terkenal dari Pulau Seulawesi selalu bermigrasi di habitat pulau tabuhan.

Senin, 20 Januari 2014

Gunung Welirang

Tempat biasanya penambang mencari belerang
Gunung Welirang
(+3.156 m dpl) merupakan gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.
"Welirang" atau "Walirang (nama kunanya) dalam bahasa Jawa berarti belerang. Di sekujur lerengnya ditumbuhi tetumbuhan kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur pendakian dapat dilakukan melalui Desa Jubel, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Di bagian sekitar puncak hidup tumbuhan endemik yang dinamakan penduduk setempat sebagai manis rejo.


Terletak dalam satu kawasan yang sama yaitu dalam satu rangkaian dengan gunung Anjasmoro dan gunung Ringgit, gunung Arjuno dan gunung Welirang dapat dicapai dalam penempuhan satu jalur pendakian.
Gunung Arjuna termasuk dalam tipe gunung api tua dan merupakan gunung yang tak aktif, sedangkan gunung Welirang tergolong dalam kategori aktif dengan masih adanya aktifitas berapi dengan adanya kawah belerang yang aktif mengeluarkan asap kental belerang. Meskipun masih dalam satu rangkaian yang sama namun gunung Arjuno dan gunung Welirang berbeda. Pada perjalanan pendakian di lembah dan lereng di sekitar gunung Arjuna, terdapat puluhan peninggalan purbakala yang berserakan dan tak terbengkalai, sebagian besar masih tertutup semak belukar dan tanah keras. Dalam pendakian belakangan ini sungguh disayangkan, banyak peninggalan benda purbakala yang bernilai sejarah tinggi, raib tak tentu rimbanya. Di gunung Arjuna juga banyak bermunculan kisah-kisah mistis selama pendakian,
Puncak G.welirang
Sedangkan gunung Welirang menyajikan pemandangan yang tiada duanya disepanjang perjalanan pendakian. Kekayaan akan batu kuning belerang menarik untuk kita lihat secara langsung proses pengambilan hingga pengolahannya.
Pendakian gunung Arjuna dan Welirang dapat ditempuh melalui 3 jalur, yaitu melalui jalur timur lewat Lawang - Malang, dari arah barat lewat Selecta - Batu dan arah utara Tretes melewati gunung Welirang. Berdasarkan pengalamanku saat mendaki kedua gunung ini akan lebih mudah sekaligus mengesankan jika kita melalui arah utara yaitu Tretes melewati gunung Welirang, turun dan melanjutkan ke gunung Arjuna dan turun melalui jalur timur lewat Lawang - Malang ditempuh dalam 2 hari, 3 malam.
Tretes - Welirang
Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan dilanjutkan dengan mobil angkutan menuju ke Tretes. Tretes (860 MDPL/ meter dibawah permukaan laut) merupakan hutan wisata dan banyak terdapat tempat peristirahatan dan hiburan. Di Tretes juga sering dikunjungi artis ibu kota yang menghabiskan waktu untuk beristirahat
Di sini juga terdapat dua air terjun yang indah, yaitu air terjun Elang dan Kakek Bodo. Air terjun yang terakhir ini terkenal akan keindahannya sekaligus misterius. Di tempat ini ada tempat perkemahan bagi yang ingin menghabiskan waktu/ berkegiatan di alam. Konon menurut cerita warga sekitar, di sekitar air tejun Kakek Bodo sering dijumpai wujud kakek-kakek bersorban yang muncul dan menghilang dalam sekejap mata (dan saya pun sempat penampakan secara sekilas hiiiee..). Dan di sana sering terjadi kasus kesurupan. (lagi-lagi saya mendapati kesurupan beberapa orang mahasiswa dari kegiatan ekstra kampus yang kesurupan dan meraung-raung secara masal. Hieee..)
Pendakian kita mulai dengan jalur jalan setapak yang melingkar menuju gunung Welirang, deretan pepohonan yang lebat dan tinggi dikelilingi kabut dingin khas udara tipis pegunungan mulai kita rasakan di awal perjalanan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam kita akan menjumpai sungai kecil yang bening di pertengahan perjalanan antara Tretes dan pondok Welirang. Setelah berjalan melewati hamparan hutan pinus dan ladang alam bunga Edelweis, sekitar 5,5 jam (tergantung kecepatan individu pendaki dan kondisi alam) ke arah barat daya menuju pondok peristirahatan Welirang.
Dalam perjalanan kita akan melewati hutan tropis Lali Jiwo yang sering diceritakan dari mulut ke mulut akan keangkerannya, namun selama kita tetap berdoa dan yakin fokus pada perjalanan maka tidak terjadi apapun, malah kita akan disuguhkan pemandangan hutan lebat dengan pohon menjulang ke langit yang penuh dengan warna-warni bunga dan tumbuhan yang ditimpali dengan suara kicauan burung dan hewan lainnya. Setelah sampai di pondok peristirahatan, kita lebih baik beristirahat sembari mengisi perut yang telah kosong. Kita bisa mengambil air di sungai yang luar biasa bening dan segar, memasak atau bahkan mandi keramas . Di tempat inilah kita bisa bertegur sapa dengan banyak paca penambang batu belerang. Berbagi pengetahuan, bekal atau bisa sekedar berfoto merupakan hal yang menyenangkan sembari melepas lelah. Disini pula ktta dapat membeli (sangat murah Rp. 2.000!) untuk serangkai bunga Edelweis yang cantik dan telah dibalut sedemikian rupa dengan belerang dari para penambang batu belerang. Lumayan untuk oleh-oleh berupa bunga bunga abadi buat sang pacar yang sedang menunggu di rumah. (romantis hehe)
Dari tempat inilah kira-kira 1 jam perjalanan, kita akan jumpai dua jalur bercabang, jalur ke kiri menuju arah gunung Arjuno, dan jalur lurus langsung menuju puncak gunung Welirang. Dari pondok sampai puncak Welirang kita akan melewati hutan cemara yang lebat dan membutuhkan waktu +4 jam sampai ke puncak Welirang. Disinilah terdapat cerita menarik ketika pengalaman pertama saya mendaki gunung Welirang dan gunung Arjuna. Tepat jam 2 siang, saya dan teman, kami berdua memutuskan untuk mendaki duluan menuju puncak Welirang meninggalkan 6 orang teman lainnya yang memutuskan untuk beristirahat di pos peristirahatan. Keinginan mengabadikan sunset di gunung Welirang mendorong saya memutuskan melanjutkan perjalanan. Dengan hanya berbekal kamera dan botol minuman yang tergantung di pinggang saya putuskan berangkat bersama salah seorang teman. Tak ada halangan dalam perjalanan menuju puncak Welirang hingga kesadaran saya akan sosok teman yang sudah tak kelihatan (akibat perbedaan tingkat fisik dan ketertarikan mengabadikan momen indah) membuat kami terpisah. Segera saya lanjutkan langkah mendaki dengan cepat untuk mengejar teman. Sesampainya di puncak Welirang, jam menunjukkan pukul setengah empat sore, segera saya manfaatkan dengan mengabadikan sunset gunung Welirang yang teramat indah intuk dilewatkan. Hingga di suatu saat saya ingat akan keterpisahan kami, sembari mencari teman, saya manfaatkan dengan menyalurkan hobi fotografi. Dari puncak Welirang, yang ditandai dengan batu besar, kita bisa menyaksikan panorama pemandangan indah wisata Selekta, Tretes dan kaki-kaki langit di Selat Madura. Di bawah puncak gunung tampak 2 kawah berwarna kekuningan yang diselimuti asap pekat belerang. Kawah Jero tampak lebih besar dan dalam, yang ditambang secara tradisional oleh warga penambang belerang dan Kawah Plupuh tampak berdampingan indah menghantarkan gambaran alam berbalut awan. Batas awan dan bumi seakan menjadi pudar hingga kita seakan bisa merasakan sapuan embun awan yang membasuh wajah, menyejukkan sukma
Tak terasa gelap mulai menyusuri kabut gunung Welirang. Tanpa sadar jam menunjukkan pukul 5 sore lebih. Ketakutan mulai menyergap bathin dan pikiran saya dimana senter dan peralatan survival berada di tangan teman yang terpisah. Sedetik kemudian tanpa pikir panjang saya putuskan menuruni lereng Welirang secepat mungkin sebelum gelapnya malam menyelimuti area gunung. Namun mentari yang telah beranjak dari peraduannya lebih cepat, segera saya putuskan untuk berlari secepat mungkin. Suara teriakan monyet dan penunggu hutan sepanjang perjalanan seakan menjadi penyemangat. Terjatuh dan kembali segera bangkit dan terus berlari, hingga tanpa terasa pos peristirahatan tampak di depan mata. Disambut dengan tatapan heran teman-teman memandangi saya yang terengah-engah dan bermandikan keringat. Teman saya yang tadi terpisah ternyata sudah tiba duluan menjelang gelap. Barulah saat itu saya merasakan kesakitan dan pegal di seluruh sendi tubuh, namun saya tetap bersyukur dapat kembali dengan keadaan sehat dan bersyukur telah mendapatkan foto-foto sunset di gunung Welirang.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke gunung Arjuno, dari puncak Welirang kita berjalan turun ke arah selatan, dan melalui hutan cemara dan melewati satu jurang dan lembah gunung Kembar I dan gunung Kembar II, di mana dapat kita jumpai beberapa lubang sumur dalam perjalanan, yang sering digunakan untuk menjebak rusa. Selanjutnya kita akan melalui Sawahan Bakal (2626 mDPL), berupa padang rumput yang dulunya banyak dijumpai rusa dan kijang.
Setelah berjalan 5-6 jam kita akan sampai di puncak yang diberi nama pasar Dieng, yang ketinggiannya hampir sama dengan Puncak Gunung Arjuno, di mana hamparan dan tanah rata yang luas dipagari batu-batu besar yang tersusun rapi. Konon menurut warga sekitar di tempat ini pada malam tertentu akan muncul pasar dari alam lain (mahluk halus…hiee).dan di tempat inilah salah seorang teman mengalami fenomena aneh, dimana ia merasa berjalan ditemani seseorang di belakangnya dan mengobrol panjang lebar sepanjang perjalanan. Namun saat tiba di tempat peristirahan, ‘teman perjalanannya’ tak ada dan yang pasti tidak ada kami yang merasa menemaninya.(lagi-lagi…). Perjalanan kami teruskan dengan melewati bukit sebelum kita sampai di puncak Arjuna.
Sesampainya kami di puncak gunung Arjuno, disambut dengan angin yang sangat kencang dan suhunya minus (saya kira). Dingin yang menggigit kulit setimpal dengan indahnya pemandangan lampu kota yang terhampar di bawah gunung Arjuna. Puncak Gunung Arjuno disebut juga Puncak Ogal Agil sangatlah indah di malam hari akan terasa sangat nikmat ditemani canda tawa sahabat yang duduk berkeliling di sekitar api unggun diselingi wangi kopi jahe yang menghangatkan tubuh. Menghabiskan semalam di puncak Arjuna serasa kurang bagiku, namun semua keindahan ini akan selalu terbingkai indah di hati.
Setelah berkemah di wilayah puncak pada malam, kita akan disuguhkan panorama sunrise pada dini hari, suatu kenikmatan yang sulit digambarkan oleh kata-kata. Dan sesudah itu kita dapat turun ke arah timur lewat jalur Lawang-Malang, melewati hutan tropik, cemara dan perdu, setelah beberapa jam berjalan cepat, kita akan melewati deretan perkebunan teh Wonosari yang sejuk dan hijau di bagian utara. Turun lewat jalur Lawang akan lebih dekat dan menyingkat waktu.

Minggu, 19 Januari 2014

SEMERU (MAHAMERU)

Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko

Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.



Perjalanan


Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.40.000- hingga Pos Ranu Pani.
Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian,, Karcis masuk taman Rp.10.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-
Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.
Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala.
Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.
Ranu Kumbolo
Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Selanjutnya memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.
Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.
Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.
Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.

Gas beracun

Puncak Mahameru
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.
Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.
Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

Iklim

Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius.
Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.

   


Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.
Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan.
Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar.

Pendaki pertama



Litografi berdasarkan lukisan Abraham Salm dengan pemandangan desa dan latar belakang Gunung Semeru (1865-1872)
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Legenda gunung Semeru

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.

Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

Bromo

Bromoooooo kami datang ..

Konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yan pertama menuju ke gunung Bromo dan yang kedua menuju Bali. Ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu sama -sama menganut kepercayaan beragama Hindu.
Disebut suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.
Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” JOKO SEGER “.
Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai Rara Anteng.
Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger.
Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut.
Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung (batok kelapa) dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu.
Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.
Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung (Batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok.
Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib :”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Begitulah sejarah Gunung Bromo semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan, dan sampai sekarang Gunung Bromo menjadi tempat yang paling indah meski di selimuti banyak misteri.

Info trip : 082245666488 |085648502437

@JTwisata

Air terjun Madakalipura

Madakaripura



 Ingatan kita tentu akan langsung tertuju pada sosok pahlawan besar yang mampu menyatukan Nusantara di bawah satu bendera gula kelapa Majapahit yakni Maha Patih Gajah Mada. Wilayah ini memang dulunya merupakan sebuah tanah perdikkan yang diberikan Majapahit kepada Gajah Mada karena jasa-jasanya yang besar bagi kejayaan Majapahit.
Air terjun Madakaripura sendiri berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tepatnya di desa Sapih, kcamatan Lombang kabupaten Probolinggo. Kendaraan pribadi jadi pilihan paling tepat untuk mencapai lokasi air terjun karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Perjalanan dari jalan raya menuju air terjun cukup melelahkan karena kondisi jalan yang cukup buruk. Kita akan sampai di pos pemeriksaan setelah mengarungi jalanan berbatu dengan jurang di sisi kanan dan tebing tinggi di sisi kiri selama hampir 15 hingga 20 menit. Di pos ini terdapat fasilitas yang cukup lengkap mulai dari parkir mobil dan motor, kamar mandi dan toilet, hingga warung-warung penjual makanan. Kita akan dibuat terkagum-kagum melihat air terjun yang mengalir di antara dua dinding tebing bebatuan. Tebing-tebing ini seolah berusaha mencegah sinar matahari menembus ke bawah. Suasana menjadi temaram, ada kesan magis yang terasa ketika kita berada di antara dua tebing menjulang dan air selembut kapas yang berjatuhan. Suasana yang sangat tenang dihiasi suara air juga menambah suasana syahdu. Ada banyak rasa yang tak terungkap. Meski saat kaki melangkah, seluruh katup indra sepenuhnya terbuka. Menggali legenda yang tersimpan rapat di balik tanaman yang menghampar dan gemuruh air terjun yang berdiri bak pilar raksasa.
Nama Madakripura,  terkait sangat erat dengan sejarah panjang Kerajaan Majapahit di masa kejayaannya, Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan bumi Nusantara yang membentang dari Wanin hingga Madagaskar. Gajah Mada yang lihai dalam strategi, diplomasi, dan perang, berhasil meruntuhkan kepercayaan raja-raja Nusantara di masa itu, sehingga mereka mau berucap janji setia dalam naungan Surya Majapahit. Seperti apa sepak terjang Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara memang masih menjadi sebuah misteri karena bigitu sedikitnya literatur dan sumber yang membahas mengenai hal tersebut.
Madakaripura sendiri  berarti “tempat  tinggal terakhir” Pengunaan nama ini diambil dari kepercayaan masyarakat sekitar yang mengatakan, disinilah Gajah Mada melewati masa akhir hidupnya. Beberapa sumber dan literatur mengatakan bahwa setelah peristiwa Perang Bubat dimana seluruh rombongan dari kerajaan Sunda Galuh terbantai  Gajah  Mada di copot dari jabatanya sebagai mahapatih di Majapahit. Tragedi Perang Bubat telah melukai begitu banyak pihak dan berdampak sangat luas. Prabu Hayam Wuruk terluka karena cintanya yang sedang mekar tiba-tiba dihadapkan pada maut. Keluarga Raja Majapahit terluka karena akar sejarahnya yang begitu dekat dengan Sunda Galuh mendadak dipangkas dengan paksa. Sunda Galuh adalah pihak yang paling terluka, bukan saja karena harga diri yang dilecehkan tanpa ampun, melainkan juga karena semangat perdamaian, harapan, dan kepercayaan mereka terhadap Majapahit dinodai hingga titik paling hitam.
Bagaimana dengan Gajah Mada? Gajah Mada ditempatkan sebagai pihak paling bersalah atas tragedi itu. Ia dihujat, dicaci, dan dicela. Namun, sesungguhnya sang legendaris ini juga merasa terluka. Ia terluka karena merasa kerja kerasnya selama dua puluhan tahun lebih pada akhirnya tak ada harganya sama sekali. Segala pengorbanan yang ia berikan untuk dapat menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah panji-panji Majapahit justru gagal di langkah terakhir.
Namun, tak peduli betapapun kecewa Gajah Mada mendapati kenyataan cita-citanya tak terwujud secara sempurna, ia tetap bersalah telah menyebabkan ratusan orang terbantai. Ia bersalah telah mengubah lengkung janur kuning menjadi ratap perkabungan. Gajah Mada pun harus menerima hukumannya. la dihempaskan dari dhamparkepatihan dan harus melewati hari tua di Madakaripura, sebuah tempat terpencil dan jauh dari segala ingar-bingar urusan duniawi. Ia menenggelamkan diri dalam kesunyian dan terus berdoa pada Sang Pencipa, sampai akhirnya, ia meninggal dunia dalam kesunyian yang tiada tara. Disaksikan butiran-butiran abadi air terjun yang memantulkan cahaya matahari dan menciptakan pelangi, tangga warna dari Nirwana. Air yang turun deras dan memantulkan bianglala ini kemudian dikenal sebagai air suci ‘Tirta Sewana’. Air ini, dipercaya memiliki kelebihan luar biasa sehingga bisa menyembuhan orang sakit dan bisa membuat kita awet muda.
Di luar mitos ini, Madakaripura dikenal sebagai tempat wisata alam terbuka yang menonjolkan daya tarik air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter. Air terjun ini berkumpul di relung sempit dengan diameter 25 meter. Kawasan wisata ini berada sekitar 620 meter diatas permukaan air laut, dan terletak di kawasan Tengger, tak jauh dari Bromo. Tak heran jika beberapa travel agent yang menyiapkan Bromo sebagai daerah tujuan, biasanya juga menyisipkan Madakaripura sebagai tempat tujuan wisata.
Sumber di Madakaripura menyebut, sebenarnya ada lima air terjun di kawasan ini. Dengan gamblang kita bisa melihat tiga air terjun yang ada. Sementara dua lainnya, mesti dicari karena tersembunyi di balik air terjun yang lain. Sementara di tengah tebing, di balik air terjun yang paling besar, terdapat rongga menganga yang melintang secara horisontal. Penduduk setempat percaya, di lubang inilah Sang Patih Gadjah Mada biasa duduk diam, bersemedi dalam keheningan rasa.
Di kawasan wisata ini memang ada aliran Sungai dengan banyak Batu Besar berserakan di aliran sungai itu.Sebenarnya dengan mengikuti aliran sungai itu secara Alami akan memandu pengunjung menuju ke lokasi air terjun Madakaripura. Karena aliran sungai itu berpusat pada air terjun tersebut. Pada  musim penghujan, pengunjung dilarang turun dan mendekat ke air terjun. Daerah ini rawan banjir dan longsor dan harus puas menikmati pemandangan di sekitar lokasi air terjun  saja tanpa bisa melihat air terjun Madakaripura. Air terjun itu sendiri berada cukup jauh dan tersembunyi di balik bukit dan batu-batu Tebing yang cukup tinggi.

Rabu, 01 Januari 2014

Paket Bromo - Kawah Ijen 3hr 2mlm



Paket JTwisata
www.JTwisata.blogspot.com

Paket Bromo - Kawah Ijen 3hr 2mlm
Harga paket 950rb/orng
Biaya 950rb adalah biaya bila kuota kumulatif peserta tercapai minimal 6 orang, jika kurang:
  • 5 orang———–>> biaya 999rb/ orang
  • 4 orang———–>> biaya 1.140rb/ orang
  • 3 orang———–>> biaya 1.375rb/orang
Fasilitas
  1. Transportasi mobil AC selama wisata
  2. Penginapan 1 kamar isi 3 di Bromo 1 malam
  3. Tiket ke tempat-tempat kunjungan wisata
  4. Dokumentasi foto  (copy file)
  5. Sewa Jeep di bromo
  6. Makan 5 kali
  7. Aqua dan makanan ringan selama wisata
  8. P3K
  9. Fee Local guide
  10. Fee tour leader dari JTwisata
Tempat Yang dikunjungi
  1. Blue Fire di Kawah Ijen (jika sampe puncak sebelum jam 2 pagi)
  2. Sunrise di Kawah Ijen
  3. Air Terjun Belerang
  4. Penanjakan sunrise Bromo
  5. Lautan pasir berbisik Bromo
  6. Savana/bukit teletubbies Bromo
  7. Pura Bromo
  8. Patung Singa Bromo
  9. Air terjun Madakaripura
  10. Pusat oleh oleh Probolinggo
Jadwal Kegiatan
peserta diharapkan siap di surabaya sebelum jam 19.00
Hari ke-1
  • 19.00-02.00 Perjalanan dr surabaya Ke start point pendakian kawah ijen + makan malam
Hari ke-2
  • 02.00-04.00 Pendakian ke puncak kawah ijen
  • 04.00-05.00 Menikmati keindahan Blue Fire di penambangan belerang
  • 05.00-07.00 Sunrise di kawah ijen
  • 07.00-08.00 Melihat kegiatan penambang belerang tradisional
  • 08.00-10.00 Kembali ke start poin pendakian/ sarapan
  • 10.00-12.00 mandi atau bersih2 diri
  • 12.00-13.00 Makan siang
  • 13.00-13.30 Perjalanan ke air terjun belerang
  • 13.30-14.00 Kegiatan di air terjun belerang
  • 14.00-20.00 Perjalanan menuju Bromo
  • 20.00-21.00 Makan Malam
  • 21.00-03.00 istirahat
hari ke-3
  • 03.00-05.00 Bangun Pagi dan menuju penanjakan bromo/sunrise
  • 05.00-07.00 Menuju savana/bukit teletubbies
  • 07.00-08.00 Kegiatan di savana/ bukit teletubies
  • 08.00-09.00 kegiatan di Pasir berbisik dan patung singa
  • 09.00-11.00 Kegiatan di kawah bromo dan pura
  • 11.00-12.00 Sarapan dan bersih bersih diri
  • 12.00-13.00 Menuju air terjun madakaripura
  • 13.00-15.00 Makan siang dan kegiatan di air terjun madakaripura
  • 15.00-19.30 Perjalanan kembali ke surabaya/malang
  • 19.30Perpisahan
*Jadwal Acara tidak mengikat, tergantung situasi di lapangan
Contak person:
082245666499
085648502437  (Whatsaap)
Pin : 54c30a45


Biaya yang tidak termasuk :
  1. Tiket perjalanan dari kota asal sampai meeting point Kota Malang/Surabaya
  2. Obat2 an pribadi atau makanan minuman yg tidak termasuk dalam paket
Ketentuan Peserta :
  1. Usia peserta minimal 12 tahun.
  2. Ketika trip dalam kondisi yang sehat dan prima karena kegiatan tracking sangat menguras tenaga.
  3. tidak mempunyai riwayat penyakit yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.
  4. Pembatalan dikarenakan kuota tidak terpenuhi akan ada pengembalian uang DP 100%.
  5. Pembatalan dari pihak peserta minimal 20 hari sebelum hari H kita kasih kesempatan rescedule, jika tidak diambil maka uang DP hangus.
  6. Panitia berhak menentukan penginapan selama wisata, dengan melihat kondisi di lapangan.
  7. Panitia berhak membatalkan trip dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dan uang DP peserta akan dikembalikan 100%.
  8. Semua peserta yang sudah booking dan ikut trip JTwisata, dianggap mengerti dan menyetujui semua ketentuan di atas, dan tidak melakukan tuntutan yang berlebih.