Minggu, 19 Januari 2014

Air terjun Madakalipura

Madakaripura



 Ingatan kita tentu akan langsung tertuju pada sosok pahlawan besar yang mampu menyatukan Nusantara di bawah satu bendera gula kelapa Majapahit yakni Maha Patih Gajah Mada. Wilayah ini memang dulunya merupakan sebuah tanah perdikkan yang diberikan Majapahit kepada Gajah Mada karena jasa-jasanya yang besar bagi kejayaan Majapahit.
Air terjun Madakaripura sendiri berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tepatnya di desa Sapih, kcamatan Lombang kabupaten Probolinggo. Kendaraan pribadi jadi pilihan paling tepat untuk mencapai lokasi air terjun karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Perjalanan dari jalan raya menuju air terjun cukup melelahkan karena kondisi jalan yang cukup buruk. Kita akan sampai di pos pemeriksaan setelah mengarungi jalanan berbatu dengan jurang di sisi kanan dan tebing tinggi di sisi kiri selama hampir 15 hingga 20 menit. Di pos ini terdapat fasilitas yang cukup lengkap mulai dari parkir mobil dan motor, kamar mandi dan toilet, hingga warung-warung penjual makanan. Kita akan dibuat terkagum-kagum melihat air terjun yang mengalir di antara dua dinding tebing bebatuan. Tebing-tebing ini seolah berusaha mencegah sinar matahari menembus ke bawah. Suasana menjadi temaram, ada kesan magis yang terasa ketika kita berada di antara dua tebing menjulang dan air selembut kapas yang berjatuhan. Suasana yang sangat tenang dihiasi suara air juga menambah suasana syahdu. Ada banyak rasa yang tak terungkap. Meski saat kaki melangkah, seluruh katup indra sepenuhnya terbuka. Menggali legenda yang tersimpan rapat di balik tanaman yang menghampar dan gemuruh air terjun yang berdiri bak pilar raksasa.
Nama Madakripura,  terkait sangat erat dengan sejarah panjang Kerajaan Majapahit di masa kejayaannya, Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan bumi Nusantara yang membentang dari Wanin hingga Madagaskar. Gajah Mada yang lihai dalam strategi, diplomasi, dan perang, berhasil meruntuhkan kepercayaan raja-raja Nusantara di masa itu, sehingga mereka mau berucap janji setia dalam naungan Surya Majapahit. Seperti apa sepak terjang Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara memang masih menjadi sebuah misteri karena bigitu sedikitnya literatur dan sumber yang membahas mengenai hal tersebut.
Madakaripura sendiri  berarti “tempat  tinggal terakhir” Pengunaan nama ini diambil dari kepercayaan masyarakat sekitar yang mengatakan, disinilah Gajah Mada melewati masa akhir hidupnya. Beberapa sumber dan literatur mengatakan bahwa setelah peristiwa Perang Bubat dimana seluruh rombongan dari kerajaan Sunda Galuh terbantai  Gajah  Mada di copot dari jabatanya sebagai mahapatih di Majapahit. Tragedi Perang Bubat telah melukai begitu banyak pihak dan berdampak sangat luas. Prabu Hayam Wuruk terluka karena cintanya yang sedang mekar tiba-tiba dihadapkan pada maut. Keluarga Raja Majapahit terluka karena akar sejarahnya yang begitu dekat dengan Sunda Galuh mendadak dipangkas dengan paksa. Sunda Galuh adalah pihak yang paling terluka, bukan saja karena harga diri yang dilecehkan tanpa ampun, melainkan juga karena semangat perdamaian, harapan, dan kepercayaan mereka terhadap Majapahit dinodai hingga titik paling hitam.
Bagaimana dengan Gajah Mada? Gajah Mada ditempatkan sebagai pihak paling bersalah atas tragedi itu. Ia dihujat, dicaci, dan dicela. Namun, sesungguhnya sang legendaris ini juga merasa terluka. Ia terluka karena merasa kerja kerasnya selama dua puluhan tahun lebih pada akhirnya tak ada harganya sama sekali. Segala pengorbanan yang ia berikan untuk dapat menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah panji-panji Majapahit justru gagal di langkah terakhir.
Namun, tak peduli betapapun kecewa Gajah Mada mendapati kenyataan cita-citanya tak terwujud secara sempurna, ia tetap bersalah telah menyebabkan ratusan orang terbantai. Ia bersalah telah mengubah lengkung janur kuning menjadi ratap perkabungan. Gajah Mada pun harus menerima hukumannya. la dihempaskan dari dhamparkepatihan dan harus melewati hari tua di Madakaripura, sebuah tempat terpencil dan jauh dari segala ingar-bingar urusan duniawi. Ia menenggelamkan diri dalam kesunyian dan terus berdoa pada Sang Pencipa, sampai akhirnya, ia meninggal dunia dalam kesunyian yang tiada tara. Disaksikan butiran-butiran abadi air terjun yang memantulkan cahaya matahari dan menciptakan pelangi, tangga warna dari Nirwana. Air yang turun deras dan memantulkan bianglala ini kemudian dikenal sebagai air suci ‘Tirta Sewana’. Air ini, dipercaya memiliki kelebihan luar biasa sehingga bisa menyembuhan orang sakit dan bisa membuat kita awet muda.
Di luar mitos ini, Madakaripura dikenal sebagai tempat wisata alam terbuka yang menonjolkan daya tarik air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter. Air terjun ini berkumpul di relung sempit dengan diameter 25 meter. Kawasan wisata ini berada sekitar 620 meter diatas permukaan air laut, dan terletak di kawasan Tengger, tak jauh dari Bromo. Tak heran jika beberapa travel agent yang menyiapkan Bromo sebagai daerah tujuan, biasanya juga menyisipkan Madakaripura sebagai tempat tujuan wisata.
Sumber di Madakaripura menyebut, sebenarnya ada lima air terjun di kawasan ini. Dengan gamblang kita bisa melihat tiga air terjun yang ada. Sementara dua lainnya, mesti dicari karena tersembunyi di balik air terjun yang lain. Sementara di tengah tebing, di balik air terjun yang paling besar, terdapat rongga menganga yang melintang secara horisontal. Penduduk setempat percaya, di lubang inilah Sang Patih Gadjah Mada biasa duduk diam, bersemedi dalam keheningan rasa.
Di kawasan wisata ini memang ada aliran Sungai dengan banyak Batu Besar berserakan di aliran sungai itu.Sebenarnya dengan mengikuti aliran sungai itu secara Alami akan memandu pengunjung menuju ke lokasi air terjun Madakaripura. Karena aliran sungai itu berpusat pada air terjun tersebut. Pada  musim penghujan, pengunjung dilarang turun dan mendekat ke air terjun. Daerah ini rawan banjir dan longsor dan harus puas menikmati pemandangan di sekitar lokasi air terjun  saja tanpa bisa melihat air terjun Madakaripura. Air terjun itu sendiri berada cukup jauh dan tersembunyi di balik bukit dan batu-batu Tebing yang cukup tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar